Title : The Sacfrifice Blood
Author : Heena Park
Ratting : PG
Length : Multichapter
Genre : Romance,Horor,Fantasy,Action
Poster : QuinAegyoMin || Art Factory
Main Cast :
-Xi Luhan
-Heo Gayoon
-Wu Yi Fan / Kris
-Other
Backsong :
-Volume Up *4Minute*
-Jar of Heart *Christina Perri*
-Baby Don’t Cry *EXO-M*
-Can You Hear Me *Taeyeon*
Cuap-Cuap Author : Annyeong haseyo para readers kece se-Dunia *tebar paku* . Saya miss Heena Park yang sarap membahana meong (?) kembali hadir dengan membawa sebuah FF GaJe yang entah berasal dari mana,yang pasti bukan berasal dari Cinta Kita berdua *Watdepak*.Rencananya FF ini mau saya share pas tanggal 10 Januari,tapi rasanya kelamaan-__-“ Jadinya sekarang deh nge-postnya kekek~. Oh ya,masih inget sama Two Moons kan ? Setelah bikin ntuh FF saya jadi ketagihan bikin FF Fantasy._. Bedanya,kali ini ada horror-horonya dikit.Padahal sih kagak serem *watdepak* . Sudahlah,daripada mendengar ocehan saya yang kagak jelas.Mending langsung capcus deh ke FF’nya .
Disclaimer : FF ini adalah milik saya.Semua Main Cast di FF ini adalah milik Tuhan dan Orang Tua masing-masing.Terkecuali Luhan dan Kris,dia adalah milik saya *jledak._. .Jangan lupa tinggalkan jejak setelah baca,DON’T BE A SILENT READERS !! dan jangan pernah mem-plagiat FF ini ! Yang Plagiat nanti akan saya tembak *dorrrr* make api’nya bang Kris sama Bang Yeol-_-“
=== >
Langit yang semula cerah berawan,disinari oleh terangnya sang mentari kini mulai berganti ndengan datangnya malam.Gemuruh suara petir yang menyambar-nyambar seolah siap untuk memakan siapapun yang kini sedang berada di luar rumah.Jalanan yang semula kering,kini perlahan mulai basah karena rintikkan air hujan yang hampir setiap hari turun membasahi Seoul.
Puluhan orang terlihat sedang berada di halte bus.Beberapa di antara mereka adalah mahasiswa,dan pekerja kantoran.Sudah menjadi kebiasaan rutin mereka untuk menggunakan bus sebagai alat transportasi yang nyaman dan dengan harga yang terjangkau.
Sekitar 100 meter dari halte bus tersebut,seorang pria berperawakkan kurus,dengan tinggi yang mungkin sekitar 176 sampai 178,berwajah tampan,berambut pirang,hidung mancung,dan sepertinya berusia awal dua puluhan—itu berlari kecil sembari memegang ransel bewarna coklat tua di atas kepalanya untuk melindungi diri dari tetesan air hujan yang begitu dingin dan terasa sampai ke tulang.
“Yoboseo” Ujarnya dengan sopan dan lembut
“Ne,yoboseo…Luhan-ssi ? Kau kah itu?”
“Ne,ini aku..sepertinya aku akan pulang terlambat,jadi bisakah kau menaruh kunci apartemenku di bawah pot bunga?”
“Mwo ? Tapi Luhan-ssi,kamar apartemenmu berada di bawah dan dekat dengan jalan raya,bagaimana jika…”
“Aniyo…tak apa,lagipula siapa yang mau mencuri barang dari dalam apartemenku? Kau tau kan bahwa di dalam apartemenku hampir tidak ada barang berharganya?”
“Baiklah kalau begitu,sepertinya aku harus segera pergi.Berhati-hatilah di jalan”
“Ne,khamsahamnida..mian selalu merepotkanmu”
“Kau ini bicara apa ? Aku tidak merasa kerepotan sama sekali,baiklah ku rasa aku harus segera pergi”
“Ne”
Sesaat setelah itu,percakapan mereka telah di akhiri dan lelaki bernama Luhan itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kemudian menyandar pada besi halte bus karena sudah tak ada tempat lagi baginya untuk duduk.Sebenarnya,bukannya tak ada tempat,tapi ia merasa tak terlalu nyaman bila harus duduk di antara para wanita-wanita yang tak dikenalinya.
Berbeda dengan remaja seusianya yang menikmati masa-masa menuju kedewasaannya dengan dihiasi oleh rasa cinta,ia malah tidak terlaru sering berinteraksi dengan wanita.Bukannya ia tak tertarik dengan wanita ataupun gay,namun ia merasa bahwa belum ada seorangpun perempuan yang bisa membuatnya jatuh cinta,lagipula ia juga masih kuliah.
Sebenarnya ia sudah pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan sekitar 4 tahun yang lalu,namun sepertinya hubungan itu tidak berjalan dengan baik dan menyebabkan mereka memutuskan untuk mengakhirinya setelah hampir setahun menjalin cinta.
Alasan mereka mengakhiri hubungan tersebut tidak lain dan tidak bukan karena Luhan yang terlalu cuek dan menganggap mereka seperti teman biasa.Luhan tidak pernah memperlakukan gadisnya secara istimewa,bahkan ia tidak pernah mengajak kekasihnya tersebut hanya untuk sekedar menonton film.Sungguh berbeda dari lelaki biasanya,namun itulah Luhan.Walaupun ia terkenal cuek dan tidak terlalu suka berada di antara banyak orang namun masih banyak gadis di kampusnya yang diam-diam menyukainya.
Sebuah bus datang dari arah Selatan,ia berdiri tegap dan bersiap untuk memasuki bus tersebut.Lelaki itu duduk di salah satu bangku sambil mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya kemudian hening.
Tiga puluh menit berlalu,ia turun dari bus dan berjalan melalui gang-gang kecil di daerah Seoul,mungkin itu jalan pintas namun entahlah—
Benar,tadi memang jalan pintas.Sekarang ia telah berdiri di depan sebuah Restaurant bergaya Eropa dengan arsitektur yang rumit.Ia memandang Restaurant itu dengan ragu.Mungkin ia sedang berfikir,apakah ia harus masuk ataukah ia harus tetap berdiri mematung di sana , atau bahkan ia harus berbalik dan kembali ke apartemennya.
Oh ya dan soal yang tadi berbicara dengan Luhan—Ia adalah tetangga Luhan , ia bernama Kim Donghyun.Pria muda,seorang seniman,dan tinggal di apartemen nomor 106 tepat di samping apartemen Luhan.
Ia adalah orang pertama yang Luhan kenal di Seoul sekaligus menjadi orang terdekatnya.Luhan sering menitipkan apartemennya pada Donghyun dan tentu saja Donghyun tidak merasa keberatan sama sekali.
Setelah lama berfikir,akhirnya Luhan memutuskan untuk masuk ke dalam Restaurant.Ia gerakan tubuhnya yang dingin dan kaku dengan padangan yang mengarah ke lantai seolah ia tak ingin tau akan apa yang terjadi di sekitarnya.
Ia berhenti di sebuah meja dengan nomor 23 dan mulailah Luhan mengangkat kepalanya.Melihat seorang gadis berambut hitam gelap dan bermata abu-abu sedang duduk di sana.Nafasnya tercekat,gadis ini . Mengapa ia harus muncul lagi ? Mengapa ?
Gadis itu mengerjap.Ia berdiri dan membungkukkan badannya kemudian menjulurkan tangannya pada Luhan.Oh tunggu,bodoh sekali.Luhan sama sekali tak menggerakkan tangannya untuk menyambut uluran tangan gadis itu.Ia hanya diam terpaku sambil memasang wajah tenangnya.
Bagaimana mungkin seorang Xi Luhan yang ceria bersikap dingin seperti ini ? Benar,aku lupa satu hal.Luhan adalah orang yang cuek.Namun,ia tidak mungkin se-cuek ini tanpa suatu alasan bukan ?
Gadis itu menarik kembali tangannya,ia tersenyum kecil dan bergumam “Ternyata kau masih sama seperti yang dulu.Tidak berbeda sama sekali..duduklah”
Luhan masih terdiam,namun ia menuruti perkataan gadis di depannya itu.Ia duduk dan berusaha untuk tetap tenang,namun sungguh sebenarnya ia begitu risau dan perasaannya tak karuan.
“Jadi,ada apa kau menyuruhku ke sini ?” Luhan akhirnya angkat bicara.Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan melihat gadis di depannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
Gadis itu memberikan sebuah undangan pada Luhan.Ia menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya “Aku akan segera menikah” Ujarnya pelan,bahkan bisa dibilang ia seperti sedang berbisik.
“Bukannya kau masih kuliah?” Luhan sedikit menaikkan suaranya namun ia mencoba untuk stabil kembali.Ia tak ingin terlihat seperti orang bodoh di depan gadis ini.
Benar,gadis ini adalah mantan kekasih Luhan.Walaupun mereka sudah putus,namun mereka masih sering berhubungan.Mereka masih saling mengirim kabar dan pesan hingga hari ini.
“Aku tau” Gadis itu menutup matanya sebentar dan membukanya “Tapi itu tidak masalah,aku bisa kuliah setelah menikah” Jawabnya yakin.
“Kim Dae Ra !!”
“Luhan ssi ! Berhentilah memojokkanku..Hubungan kita telah berakhir tiga tahun lalu.Kau harus merelakanku untuk menikah dengan Park Hyun Sik”
Luhan berdiri,ia menaikkan ranselnya “Aku tidak berbicara tentang pernikahanmu,aku berbicara tentang hewan peliharaanmu yang seenaknya kencing di ranselku”
Dae Ra mentapa anjingnya lalu menggendongnya.Ia sampai lupa kalau membawa anjing bersamanya “Eh..mianhae….ku kira..aduh..lupakan”
Dae Ra mengambil tas lengannya dan menunduk “Sekali lagi mianhae,aku harus pergi dan ku harap kau datang di acara pernikahanku”Kemudian berangsur pergi.
Gadis itu menghilang dengan cepat.Tepat saat gadis itu sudah tak terlihat,Luhan gemetar.Ia merasa bodoh karena telah mengecewakan gadis bernama Kim Dae Ra tadi.Sungguh,jauh di lubuk hatinya ia masih mencintai Dae Ra.Namun mengapa ? Mengapa hari ini gadis itu datang membawa berita buruk bagi Luhan ? Mengapa ?
Tiga tahun sudah,sejak mereka putus.Luhan mencoba melupakan Dae Ra,namun ia tak pernah bisa.Andai saja saat itu ia tak bertindak bodoh dan membiarkan Dae Ra pergi begitu saja,seharusnya saat itu ia tak terdiam seperti seseorang yang tak punya hati lagi.Seharusnya ia mengejar Dae Ra ketika gadis itu meminta untuk mengakhiri hubungan mereka.Bukannya tertawa dan berkata “Aku mengerti,pergilah” Kalimat apa itu ? Bodoh Luhan ! Kau benar-benar bodoh.
Ia depresi.Benar-benar depresi.Gadis itu adalah cinta pertamanya.Bukankah cinta pertama itu adalah awal ? dan ketika kau sudah tak bersamanya,sungguh.Bukankah hal yang sulit untuk melupakannya?
Ia ingin menangis saat ini,namun itu tak mungkin ia lakukan.Ia adalah lelaki,ia tak mungkin menangis di hadapan banyak orang.Tidak mungkin kecuali ia pergi ke-suatu tempat di mana hanya ia yang berada di sana.Hanya sendiri,dan ia bisa mengekspresikan perasaannya.
Dengan wajah yang terlihat masih sangat buruk,Luhan berjalan keluar dari Restaurant.Ia memberhentikan sebuah taksi dan pergi ke suatu tempat.
Empat puluh lima menit lamanya ia dalam perjalanan.Ia berhenti di depan sebuah bar kecil.Matanya menatap kosong,ia melangkah masuk dan menghampiri sang bartender dengan perasaan tak menentu.Ia duduk di bangku tinggi “Aku ingin mabuk dengan cepat dan melupakan segala masalahku hari ini”
Sang bartender menaikkan alisnya,lalu mengambil sebotol soju untuk Luhan.Dengan cepat lelaki itu meneguknya tanpa menggunakan gelas.Benarkah ia se-depresi itu ?
Tak cukup satu botol,Luhan kembali meminta si bartender untuk mengambilkan soju untuknya.Apa ia sudah gila ? Ia ingin mati ? Mengapa begitu bodoh ? Ia menghabiskan hampir lima soju dan percayalah sekarang lelaki ini benar-benar mabuk.Ia bahkan terlihat goyah ketika sedang mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.Lelaki ini,ia benar-benar sudah gila—
Ia mencoba berdiri,namun terjatuh.Berkali-kali itu terjadi hingga akhirnya sang bartender keluar dan membantu Luhan berdiri serta menawarkan untuk memanggilkan taksi.Namun Luhan menolak,ia memilih untuk berjalan sempoyongan menuju ke apartemennya.Ini sudah larut malam,apakah lelaki ini ingin cari mati ? Di mana otaknya?
Dengan bodohnya ia berjalan melintasi jalanan menuju ke apartemennya.Ia sangat buruk,sungguh buruk.Belum pernah Luhan berlaku seperti ini, dan sekarang , hanya karena seorang gadis , ia berubah menjadi lelaki buruk.Sangat bodoh bukan ?
Lelaki itu berjalan melewati pertigaan nan gelap, Sayup-sayup angin menusuk sampai ke tulang,apalagi saat itu musim dingin dan hujan baru saja usai.Matanya sedikit lebih buram mala mini,mungkin karena efek terlalu banyak minum soju,sungguh kasian.
Dakk !!
Ia terkaget mendengar suara itu.Dengan kesadaran yang masih setengah-setengah,Luhan mencoba mencari asal suara tadi.Tiba-tiba matanya menangkap sesosok wanita yang tergeletak di tengah jalan.Ia mengamati wanita itu sebentar.Ia khawatir bahwa wanita itu adalah…hantu
Hantu ? Berhentilah berfikir yang tidak-tidak Xi Luhan.Mana mungkin perempuan itu adalah hantu ? Tidak,tidak mungkin—Dengan keberanian yang ada,keberanian yang bercampur dengan ketidak sadaran karena mabuk benarnya,Luhan mendekati gadis itu.Seorang gadis bergaun hitam,rambut hitam panjang terurai dan kulitnya yang terlihat pucat.
Sungguh,ia sangat cantik.Apakah ia bidadari ? Mungkin pernyataan itulah yang terlintas di benak Luhan saat itu.Gadis ini begitu cantik,namun nafasnya terlihat susah.Luhan mendekatkan kepalanya ke wajah gadis yang sedang terkulai pingsan di depannya,ia merasakan nafas masih mengalir dari hidung gadis itu.
Jantungnya juga masih berdetak,walau detakkannya begitu pelan.Ia masih hidup,Luhan yakin itu.
Dan sekarang ? Apa yang harus ia lakukan ? Meninggalkan gadis ini sendirian ? Atau membawanya ke Rumah Sakit ? Tidak , jangan ke Rumah Sakit.Keadaan Luhan tak memungkinkan untuk membawa gadis pingsan ke Rumah Sakit.Biasa-bisa ia dikira telah memperkosa gadis itu.Sungguh menyebalkan.
Meninggalkan gadis ini mungkin lebih baik,tapi tunggu.Bukankah itu adalah hal yang sangat tidak etis ? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan seorang gadis dengan keadaan sangat lemah di tengah jalan seperti ini ? Tidak,itu juga bukan hal yang benar.
Dan sekarang ? Tinggal satu pilihan,yaitu membawa gadis itu ke apartemennya.Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.Lalu bagaimana jika Lee Donghyun tau dan bertanya-tanya ? Ah..sudahlah,itu masalah nanti.Yang penting Luhan harus segera membawa gadis itu ke apartemennya sebelum gadis itu membeku kedinginan.
Luhan memberanikan diri untuk menyelipkan satu lengannya di kepala gadis itu,dan satu lengannya di antara kaki gadis itu.Dengan keadaannya sekarang,bukankah sungguh hebat ia masih bisa sedikit berfikir jernih dan menggendong gadis itu ?
Dengan susah payah Luhan menggendong gadis tak dikenalnya itu.Sempat ia berfikir bagaimana caranya untuk masuk ke dalam apartemen,sedangkan ia tak bisa mengambil kunci yang berada di bawah pot bunga dalam keadaan menggendong gadis ini.Tak ingin diketahui orang lain bahwa ia tak pulang sendirian,Luhan-pun segera menggunakan kakinya untuk merogoh ke bawah pot bunga dan menemukan kuncinya.Kemudian menyeretnya keluar dengan kaki,dan menjepit kunci tersebut dengan dua jadi kakinya lalu mengangkatnya perlahan agar tangannya bisa mengambil kunci tersebut dalam keadaan seperti ini.
Ia memasukkan kunci ke dalam lubang dan memutarnya perlahan agar gadis yang ia gendong tak terjatuh dari pelukkannya,dan mendorong pintu se-pelan mungkin.Ia membawa masuk gadis itu dan menidurkannya di ranjang miliknya,kemudian menyelimutinya dan berangsur pergi ke dalam kamar mandi untuk sekedar membersihkan badannya dan menyadarkannya dari mabuk beratnya tadi.
*****
Pagi datang dengan begitu cepat.Gayoon menggeliat di ranjang empuk milik Luhan,ia mengerjap-kerjapkan matanya dan menatap jendela yang terletak tak jauh darinya.Sesaat ia memutar otaknya dan tersadar.Ia melompat dari ranjang dan menabrak seseorang dibelakangnya
Prang..!
Gelas yang dibawa lelaki itu terjatuh ke lantai,Gayoon tercengang dan mundur untuk duduk di ranjang.Ia melihat lelaki di depannya sedang menunduk dan memunguti pecahan gelas yang jatuh akibat perbuatannya tadi.
Setelah selesai memunguti pecahan itu,lelaki tadi berdiri dan menatap Gayoon sejenak,ia memiringkan kepalanya “Nona tidak apa – apa ?” Tanyanya dengan nada sedikit cemas.Gayoon menggeleng,”Ti..tidak..aku tidak apa-apa”
Luhan duduk di samping Gayoon,ia memasang senyum di wajahnya.Namun Gayoon menghindar,gadis itu bergeser lebih jauh.Mungkin ia sedikit takut pada Luhan,atau mungkin hanya kaget.Entahlah—
“Jangan takut nona,aku tidak akan melakukan hal yang buruk padamu” Ujar Luhan.Ia kembali tersenyum “Kalau boleh tahu,siapa nama nona dan bagaimana bisa nona tergeletak pingsan kemarin?” Sambungnya.
Gayoon terdiam sejenak,ia mulai membuka mulut namun diseka oleh Luhan “Tunggu,lebih baik nona mandi dulu lalu sarapan,sepertinya nona belum makan sejak kemarin dan di saat itulah nona bisa menceritakannya padaku”
Gayoon menggeleng “Tidak..kau tidak tahu”
“Nona,baiklah,aku tidak masalah jika kau tidak ingin menceritakannya padaku,tapi setidaknya mandi dan makanlah dulu..” Luhan berdiri dan membuka lemarinya,ia mengeluarkan sebuah sweater miliknya yang bewarna putih,lalu memberikannya kepada gadis di dekatnya “Pakailah ini dulu,namun aku tak memiliki underwear,ku harap kau tak keberatan”
Gayoon mengambilnya dengan ragu,ia masih terlihat takut.Tak ingin terlalu lama,Luhan menarik tangan Gayoon dan melatakkan sweaternya di tangan gadis itu “Aku akan menunggu di dapur” Sambung Luhan lagi,kemudian pergi ke dapur.
Empat puluh menit kemudian,seorang gadis cantik memakai sweater bewarna putih yang terlihat kebesaran keluar dari dalam kamar mandi.Wajahnya sungguh jauh berbeda dari kemarin malam,saat ini ia terlihat lebih baik dan cantik.Sangat cantik—
Merasa sudah terlalu lama kalut dalam pesona gadis itu,Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha kembali bersikap normal.Ia berdiri dan tersenyum pada gadis itu,lalu membiarkannya duduk.
“Makanlah” Ujar Luhan,ia menyodorkan sebuah roti selai coklat untuk gadis di depannya.Namun gadis itu tak bergemin,ia terdiam. “Kau tidak suka roti?” Tanya Luhan.
“Aku…aku belum pernah makan roti sebelumnya” Jawabnya,nadanya masih kaku.Luhan kembali menyodorkan roti itu pada gadis di depannya “Maka dari itu,cobalah.Kau pasti suka”
“Tapi..”
“Sudahlah,makan saja”
Gadis itu menyerah,ia mengambil roti di tangan Luhan dan menyantapnya dengan perasaan ragu.Hei, tunggu,sejak kapan Luhan menjadi berubah perhatiaan seperti ini ? Sebelumnya ia tidak pernah memaksa seseorang untuk makan ataupun meminjamkan barang-barangnya tanpa di minta.Apakah ini efek dari mabuk semalam ? Atau efek dari kedatangan gadis ini ? Entahlah.
“Jadi,siapa namamu?” Luhan membuka permbicaraan.
“Gayoon,Heo Gayoon” Jawabnya cepat
“Baiklah,aku Xi Luhan.Kau bisa memanggilku Luhan,dan soal kemarin..kau ?”
“Aku…” Gayoon terhenti sejenak,matanya berubah sedih,ia menatap tangannya “Tungguh,tunggu,jika kau tidak ingin menceritakannya sekarang,aku tak akan memaksamu” Sela Luhan ketika melihat ekspresi gadis itu berubah.
“Terima kasih”
“Tak masalah,dan di mana kau tinggal?”
“Aku tidak memiliki tempat tinggal”
Luhan menaikkan alisnya “Tidak memiliki tempat tinggal ? Maksudmu ?”
“Ya,aku tak memiliki tempat tinggal,aku bingung harus ke mana,aku tak mengerti”
Luhan mendesah kecil,dia mengambil ransel di dekatnya lalu berkata “Aku harus ke kampus dulu,kau bisa tinggal di sini sementara.Tapi , jangan keluar rumah sebelum aku pulang”Bodoh,apa yang ku katakan ? Hei,Xi Luhan apa yang merasukimu ? Bodoh.Bagaimana mungkin kau membiarkannya tinggal di apartemenmu ? Kau baru mengenalnya.Bodoh
Luhan beranjak pergi,ia berhenti sebentar dan menengok gadis bernama Gayoon itu.Gadis itu masih terpaku di meja makan sambil menyantap rotinya.Tiba-tiba gadis itu menengok dan cukup membuat Luhan menjadi salah tingkah.Dia berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkan Gayoon.
Lelaki itu menghilang di balik pintu,dan di saat itulah Gayoon menghela napas begitu panjang.Dia menaruh rotinya di piring dan menjauhkan piring itu darinya sambil bergumam “Aku ingin darah” Ujarnya lemas.
Dia berdiri,mengitari rumah lalu membuka jendela,melihat sekitar.Matanya menangkap sesosok anjing sedang berlarian di pinggir jalan.Tiba-tiba matanya berubah merah.Aneh sekali,padahal tadi ketika melihat Luhan,ia sama sekali tidak ingin memakan lelaki itu.Tapi mengapa sekarang ? Ketika ia melihat anjing itu,nafsu pembunuhnya seakan bergejolak ? Vampire macam apa dia ini ?
Matanya berbinar,rasa itu tidak bisa di tahan lagi.Perlahan Gayoon menaiki jendela dan keluar dari sana.Keluar untuk mencari kenikmatan yang ia inginkan.
OoOoO
“Maaf tapi kami tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya” Pria bertubuh tegap itu mengepalkan tangannya begitu mendengar perkataan dari para pengawalnya. “Bagaimana mungkin? Di mana gadis bodoh itu!”
“Kami sudah mencarinya hingga pelosok kerajaan,tapi dia sama sekali tak terlihat.Mungkin,dia berada di dunia manusia”
Drakkk !!!
“Dunia manusia ? Bodoh,kenapa gadis itu begitu bodoh ?”
“Wu Fan,kendalikan amarahmu!” Ucap seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam aula besar di dalam kerajaan vampire nan megah itu.
Wu Fan menunduk,ia member hormat pada ayahnya “Ayah..”
“Jangan bertindak gegabah,Gayoon gadis yang pintar” Ujarnya.Ia berputar dan berjalan menuju sebuah pigura besar yang tertempel di dinding aula.Pria setengah baya itu mengamati fotonya bersama dengan istrinya,Wu Fan,dan seorang gadis cantik bernama Gayoon. “Pasti ada alasan di balik kepergiannya”
Wu Fan mendengus pelan “Pasti..pasti alasannya pergi karena ia tak mau menikah denganku ! Apa-apaan gadis itu ? Seharusnya ia berkata jujur,bukannya maalah pergi di saat pernikahan seperti kemarin” Lelaki itu menaikkan suaranya,kemarahannya sungguh tak bisa terbendung lagi.Ia begitu marah,sangat marah.
“Aku akan pergi ke dunia manusia,aku akan hidup dengan identitas baru dan aku akan menemukannya!”
“Tidak Fan ! Kau sudah gila ? Kau bisa membunuh setiap manusia di sana ! Ingatlah siapa dirimu! “ Bentak ayahnya.Wu Fan tak perduli ia memalingkan wajahnya dan berkata dengan penuh penekanan “Jika Gayoon bisa ke dunia manusia,maka ku juga bisa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar