Aku pertama kali bertemu dengannya ketika ia tak sadarkan diri di gelapnya malam.Tubuhnya pucat pasi dan lemas tanpa gerakkan.Namun,ia masih bernafas—Jantungnya masih berdetak,walaupun tubuhnya begitu dingin.
Aku tau bahwa ia gadis yang baik,aku tau bahwa dia tidak akan membunuhku sekalipun ia sedang kelaparan dan membutuhkan begitu banyak darah—Namun,jauh di dalam hatiku.Aku masih ketakutan ketika harus menatap matanya yang merah menyala bagaikan darah.
Tapi,dibalik itu semua.Aku melihat ia rapuh,ia tak sekuat yang difikirkan orang lain.Bagaimanapun ia tetaplah seorang perempuan—Tak perduli bahwa ia bukan manusia,atau apapun dia.Dia tetaplah perempuan.
Hari-hariku bersamanya,aku bingung bagaimana caranya untuk mengungkapkannya.Ia bagaikan matahari,tapi terkadang ia juga bagaikan racun ketika aku sadar bahwa aku dan dia berbeda.perasaanku padanya membuatku buta akan segalanya.Mungkin aku gila ? Ya,aku memang gila.Tapi sungguh,aku mencintainya.
Bodoh memang jika aku berharap bahwa dia juga mencintaiku,tapi..ini hanya sekedar harapan—Apakah aku berdosa bila berharap ? Apakah aku akan mati bila berharap ? Tidak.Aku tidak akan mati,tapi mungkin aku akan menelan apa itu kekecewaan.
Aku tersadar ketika lelaki itu hadir,dia datang dan berkata bahwa akan membawa perempuan ini kembali padanya.kembali padanya ? Kembali….Pa…da…nya….
Apakah aku boleh egois sekarang ? Aku tidak bisa melepaskannya,karena bagaimanapun sekarang ia telah menjadi bagian dari hidupku—Aku tidak bisa melepaskannya !
Aku akan mempertahankannya,meski aku harus kehilangan nyawa.Aku tidak apa-apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar