Judul: FF | 진정한 사랑을 에델바이스 (jinjeonghan sarang-eul edelbaiseu) | Edelweiss the Everlasting Love
Cast:
- Cho Kyuhyun
- Kim Yuu-ra
Author: Miss.Fiction
FB: Miss.Fiction
Email: miss.fiction@facebook.com
Umur; 18 tahun
Annyeong..
Sekedar pemberitahuan. Sejujurnya FF ini pernah aku publish diblog tetangga jadi jangan bilang mirip copas atau plagiat ya .
Saya gak nuntut koment Cuma berharap tulisan sapah ini bias dinikmati. Terserah admin mau diikutkan atau nggak.
Typho bertebaran. ^^ thanks.
*****************
Aku tak dapat menjanjikan apapun saat mulai mencintainya. Aku tidak berharap apapun ketika cinta ini mulai tumbuh. Dan, bodohnya aku tidak mengerti apakah aku dapat mencintainya atau tidak? karena yang ku tau.. sampai kapanpun aku tidak pernah bisa untuk tidak mencegah cinta itu tumbuh lalu memenuhi hatiku.
Sekarang, yang ku tau adalah aku tidak dapat berhenti untuk tidak mencintainya.
Karena aku sangat mencintainya..
2012, Kyunghee University.
Yuu-ra’s POV
Aku memandangnya lagi, dan sepertinya memang akan terus seperti ini. Melihatnya dari kejauhan.. lagi dan akan lagi. Otak ku sudah penuh gara-gara pria itu, memikirkannya secara terus-menerus hingga rasanya tidak tau apakah otak ku ini dapat memikirkannya lagi atau tidak? karena sekarang memang hanya dia yang ada di kepalaku.
Pria yang membuatku gila seperti ini. Ya, seperti ini tepatnya seperti gadis bodoh yang setiap kali melihatnya senang aku akan mengikutinya. Ketika ia sedih hatiku akan ikut hancur dan ketika ia tidak ada aku dengan tiba-tiba akan kehilangan diriku. Masuk ke dunia yang didalamnya tidak ada apa-apa, lebih tepatnya aku seperti gadis idiot, kan?
Siapa dia? kenapa pengaruhnya begitu besar terhadapku? Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku tidak dapat membuka hatiku, selalu tertutup untuk orang lain tapi tidak untuknya?
Pertanyaan bodoh yang terkadang selalu terlintas di otak ku. Bahkan terlalu retoris untuk dijawab. Bukankah hanya aku yang tau?
Diam-diam memerhatikan namja yang sekarang tersenyum itu, duduk dibawah sebuah pohon dibelakang kampus, tepatnya di taman belakang. Seperti biasa ia sendiri. Dengan sweater hangat dan kaos sederhana yang ia pakai. Buku dipangkuannya, dan menyematkan sebuah benda putih ditelinga kanan dan kirinya. Sesekali bersenandung mengikuti irama lagu yang masuk ke kepalanya. Suara vibra sekaligus halus terdengar begitu memabukkan untuk ku. Mengapa pria itu merubah ku begitu candu akan setiap apa yang dia lakukan?
I believe…
When you are not with me there are no stars in the sky
I believe…
The way back to you will feel a little far
I’ll carry all those memories deep inside me
I’ll feel pain, it’ll make tears fall
When I won’t cry you will leave me
With no change and no tears.
Someday again the tears will come around
You know it
I’ll believe that you are waiting
I do it for you
I believe…
It’ll hurt me to see, you can’t cry
I believe…
My tears will fall, you should turn back to me again
Again I’ll glimpse you come into my sight
And it’ll make my tears fall
When I won’t cry you will leave me
With no change and no tears
Someday again the tears will come around
You know it
I’ll believe that you are waiting
I do it for you
Before I knew you, the world was dazzling
From that sky I got left with tears
I will care for that person
You are the only reason
To me the wait gives me enough happiness
Love is the only reaso
As days pass by
If you forget the way, I’ll be waiting
I do it for you
I do it for you
Sebuah lagu yang dinyanyikan Shin Seung-Hoon, I Believe. Bahkan aku berpikir suaranya lebih indah jika ia yang menyanyi.
Bisakah dia menyanyikannya sekali lagi? ah~ dia mengagumkan. Suara itu adalah suara yang ingin ku dengar setiap hari, dan orang itu adalah orang yang ingin ku pandangi juga setiap harinya. Disisi ku, dan menyanyi hanya untuk ku dalam kebersamaan abadi. Terdengar seperti omong kosong, kan? Memangnya siapa aku ini? Aku kan hanya Penggemarnya. Maksud ku Penggemar rahasia.
Dibalik tembok ini aku melihatnya secara diam-diam. Mematung hanya demi memfokuskan pandangan ku untuknya.
Dan yang ku tau dia pasti tidak akan melihat ku disini. Tapi, kalaupun dia melihat ku, apa perdulinya? Kyuhyun pasti juga akan mengira aku adalah seorang fans yang hanya mengganggu hidupnya? hanya mampu mengganggu ketenangannya saja sejak ia pindah menjadi mahasiswa di tempat ini. Kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Tapi, bukankah itu benar? Aku hanya Fans. Ayolah Yuu-ra, sadarlah.. kau itu hanya fans.
Ku lihat Kyuhyun bergerak. Pria itu melepaskan headset putihnya lalu menutup bukunya dan meletakkan kedua benda itu disamping kanan tubuhnya. Kepalanya menengadah seperti sedang memohon pada langit. Lalu membentangkan kedua tangannya ke sandaran kursi.
Pria itu tersenyum, maniiisssss sekali. Menikmati hembusan angin sepoi yang sukses membelai kulitnya dengan lembut. Sweater bawahnya yang cukup panjang itu ikut melambai, dan rambut berwarna hitamnya menari indah akibat terpaan angin. Lalu pria itu menutup matanya, membuat perutku merasakan hal yang tidak biasa dengan tiba-tiba. Jantungku bekerja diatas batas normal, nafasku tercekat membuat paru-paruku menyempit seketika.
Apa yang dia lakukan? apakah dia sedang menikmati siang sejuk ini? atau sedang memikirkan aku? Oh! Ayolah.. Kim Yuu-ra! itu tidak mungkin.
Jadi, apa yang dilakukan pria itu?
Aku memberanikan diri melangkah menuju ke tempat pria itu. Perlahan kaki ku berjalan dengan sendirinya dituntun pelan dengan perasaan ku.
Rasanya otak menyuruhku untuk berhenti ditengah jalan ini lalu berbalik dan mengurungkan niat ku saja. Tapi, hatiku berkata lain. Dan terus membiarkan kaki ku ini berjalan menuju pria yang ada disana. Seorang pria yang sedang duduk disana. Pria itu Cho Kyuhyun.
Aku sudah sampai. Perlukah ku ulangi lagi? Aku sudah berada ditempat ini dan berdiri tepat di hadapan pria itu. Memandangnya lekat-lekat, memperhatikan setiap inci bagian tubuhnya dari ujung rambut hingga batas yang tak tertentu. Karena mataku terus menerus memfokuskan pada satu objek nyata dihadapan ku. Terus berputar ulang di objek yang sama.
Ya Tuhan, jangan kau biarkan aku pingsan ditempat ini. Lihat saja rambutnya yang halus, atau matanya yang memancarkan kenyamanan?
Kenapa orang ini begitu mempesona? Dan dengarkan Deru nafasnya yang teratur disela desahan nafas yang lembut. Atau wajahnya yang terlihat sangat damai dan khidmat.
Bisakah aku menyentuhnya sekali saja? Bisakah aku? Ku rasa aku mulai gila sekarang.
Kyuhyun membuka matanya. Perlahan sekali. Dia tidak merasa terkejut saat melihatku berdiri menatapnya seakan ingin memakannya hidup-hidup karena pesonanya yang tidak pernah mati.
Apa dia sudah tau? Ya, mungkin saja. Lalu apa yang ku lakukan disini.
Selama beberapa menit mata ku bertemu dengan arah pandangnya. Pria itu menatapku. Tidak ada tatapan heran, ataupun tatapan penilaian dari pria itu untuk ku. Aku hanya merasa tatapan itu adalah arti dari pencarian. Sepertinya ia sedang mencari sesuatu dariku. Tapi, apa?
“Duduklah..” Ujarnya datar tanpa ekspresi.
“Apa aku tadi mengganggumu?” tanya ku cemas sendiri.
Pria itu tidak menjawab dan memilih tersenyum sekarang. Omo! Lihat senyumnya.. aigooo dia membuat hati ku meleleh. Kyuhyun menepuk-nepuk kursi di sampingnya pelan isyarat untuk ku agar aku duduk disana.
Tidak. Aku tidak bias.
Aku ingin menolaknya lalu berlari dari tempat ini. Tapi, akhirnya aku duduk juga disana. Buku yang sedari ku genggam ku letakkan di tengah sebagai jarak antara kami berdua. Tangan ku gemetar lemas, rasanya gugup sekali. Dan kakiku menolak untuk rileks.
Bersikaplah biasa Kim Y uu-ra. Kau hanya akan memperburuk keadaan jika terus gugup seperti ini.
“Kau yang tempo hari melihatku secara diam-diam, kan?” tanya Kyuhyun.
Berbeda dengan sikap ku. Pria itu justru lebih tenang, sikapnya biasa bahkan seolah kami ini seperti telah kenal lama. Dan aku tidak menjawab. Diam adalah kata terbaik untuk saat ini, memangnya apa yang bisa ku katakan? itu benar.
“Lalu memotret mu sesuka hatiku atau merekam suara mu saat kau mulai bernyanyi.” Ujar ku sambil mencengkram tas yang berada di pangkuan ku kuat-kuat. Aku mengakuinya. Aku bahkan tidak malu, justru ada rasa kelegaan saat aku melepas kalimat itu dari hatiku.
Pria itu menolehkan pandangannya ke arah ku, lalu menatapku dari samping sedangkan aku berpura-pura saja memandang ke awang-awang;
“Apa kau menyukai ku?” tanya Kyuhyun memiringkan kepalanya demi melihatku, karena tubuhku memang duduk sedikit lebih maju darinya.
Diam lagi.
Astaga! Kenapa atmosfer bumi menjadi aneh saat pria ini disamping ku? panas.. panas.. Ku kibas-kibaskan tanganku lalu menggembungkan pipi sebagai bentuk pengalihan. Dan sepertinya itu berhasil karena aku sudah tidak tau lagi bentuk wajah ku seperti apa jika dipandangnya terus-menerus.
Seperti ini saja, bisa ku pastikan wajah ku ini pasti sudah mirip bunglon yang menempel pada mawar merah lalu merubah warna kulitnya mengikuti bunga itu. Maksudku.. ya, seperti itulah.
“Aku ini Fans mu. Jeosunghamidda Jeongmal Jeosunghamnidda. Ma’af untuk apa yang ku lakukan tempo hari.” Ujar ku cepat lalu meraih buku yang berada di samping ku itu kemudian meninggalkannya. Aku tidak berani lagi menatapnya, yang terakhir ku lakukan hanya menundukkan kepala sebagai tanda hormat tanpa menatap matanya lagi.
Aku tidak bisa. Sungguh, aku takut akan pingsan lebih dulu kalau disampingnya.
********************
Musim panas berakhir, matahari itu tidak tampak lagi sekarang. Karena ada sesuatu hal yang mencegahnya. Hujan..
“Yuu-ra~a, Ya!” Seseorang memanggilku dari belakang, memaksa ku memutar tubuh sedikit untuk mengetahui siapa orang yang memanggilku, tapi sepertinya aku mengenal suara gadis itu. Bahkan suaranya terlalu familiar dan itu membuat ku tiba-tiba malas menjawab.
Kim Shin yeong, gadis paling populer di Kampus ini. Yang benar saja? Apa yang dia lakukan disini kalau bukan untuk menggoda ku?
Ya, itu sering sekali ia lakukan membuat ku hafal niatnya datang kemari. Menghampiri ku di Kantin ini, duduk diepan ku, berpura-pura tersenyum dengat sangat amat manisnya lalu memandangku dengan tatapannya yang menurut ku mengerikan.
Ya, aku akui dia Cantik dan menjadi Populer adalah nilai tambahan untuknya. Tapi, aku tidak pernah menemukan senyuman tulus tersirat diwajahnya. Apalagi untuk ku? Mustahil.
“Aku hanya ingin menyampaikan ini. Undangan untuk Pesta ulang tahun kampus kita. Sabtu malam, besok.” Ujarnya sembari menyodorkan sebuah kertas diatas meja yang dengan jelas dipertontonkannya pada ku. “Dan jangan lupa, pastikan kau membawa pangeran tampan mu datang sebagai pendamping mu malam nanti. Kau tidak ingin berakhir sendirian seperti tahun lalu, kan? Manis.”
Gadis itu mengulurkan tangannya menggelitik dagu bawah ku. Kemudian ia pergi dan sepertinya ingin melakukan promo lagi. Dan lihat kan?
Kalau tidak mengingat dosa. Rasa-rasanya aku ingin meremas-remas kepala gadis itu, mencabik-cabiknya, melumatnya hingga hancur. Atau menjambak rambutnya hingga rontok tak berbekas. Gadis itu adalah Iblis di era baru yang berhasil berevolusi menjadi manusia. Benar-benar memprihatinkan dan sepertinya tidak akan tertolong.
Ok, aku mengkhayal lagi. Tapi, apa perduli ku? selama dia tidak mengganggu ku secara berlebihan. Itu Tidak apa. Cukup mengabaikannya saja. Selesai. Tapi, kalau sampai dia macam-macam pada ku lagi, Ku pastikan dia akan sampai ke tiang gantungan milik Hitler. Lihat saja.
Setelah memastikan gadis iblis itu pergi. Maksudku Kim Shin-Yeong, gadis terhormat itu.. Ku tarik kertas dihadapaan ku lalu membacanya.
‘Dies Natalies Kyunghee University’
Membaca kalimat pertamanya saja sudah membuat ku muak apalagi jika aku benar-benar menghadirinya.. Ya Tuhan, apa yang akan terjadi?
Aku mendesah pelan. Menyerah. Tiba-tiba saja potongan kejadian tahun lalu berputar kembali di otak ku. Melesat cepat bagaikan video yang setiap saat ada yang menekan tombol Repeat berulang-ulang.
Sebuah kejadian dimana aku ingin sekali melakukan 2 pilihan. Yang pertama mengubur diriku hidup-hidup atau menenggelamkan diri masuk ke Palung Mariana.Peristiwa terburuk sepanjang sejarah hidupku. Dimana aku mempermalukan diriku sendiri saat itu, bagaimana tidak?
Disaat pesta Dansa ada sebuah permainan Bunga. Permainan inti adalah sebuah bunga yang ditaburkan dari atas. Dimana dalam taburan bunga itu ada 1 tangkai Edelweiss yang masih utuh. Dan ketika kau mendapatkannya; perintahnya adalah memilih seorang pria yang memang sengaja dilingkarkan untuk mu, maksudku kau berada ditengah-tengah para pria itu lalu memilihnya dengan syarat mata tertutup.
Dan setelah memilihnya hal pertama yang kau lakukan adalah berdansa dengannya. Berpura-pura menjadi seorang pangeran dan seorang putri. Dan terakhir adalah melakukan ciuman seperti pengantin di gereja. Perlu ku ulangi lagi KISSING-SCENE.
Well, aku tidak tau apakah orang dewasa itu perlu melakukan ini atau tidak?
Tapi, aku benar-benar melakukannya. Astaga! Bermula dari tahun lalu.. aku juga seorang yeoja, bukan? Tentu saja aku juga ingin mengikuti permainan itu.
Tanpa berharap apapun, aku mendapatkan Edelwiess itu dengan suksesnya jatuh ke tangan ku. Semua orang ber-OH-ria kala itu. Mungkin bentuk ekspresi menyesalkan karena kenyataannya adalah aku yang mendapatkannya. Dan hal selanjutnya yang perlu ku lakukan adalah berdansa dengan seorang pria yang terlebih dulu aku harus memilihnya.
Seseorang menutup mata ku. Gelap, tentu saja.
Dan setelah itu barulah para pria itu memposisikan diri. Selama beberapa menit aku berjalan tak tentu arah. Bingung akan kesana atau kemari.
Dan takj lama tangan ku menangkapnya. Aku tidak tau itu siapa. Tapi, sepertinya seseorang yang cukup tinggi, berbadan tegap dan sepertinya cukup berotot karena aku merasakannya saat mulai meraba kedua lengannya. Lagi-lagi orang-orang itu berteriak, saat aku memilih pria didepan ku ini.
Lampu dipadamkan untuk sementara waktu, yang ku rasakan adalah sunyi dan sepi.
Seseorang membuka ikat mataku. Aku tidak tau siapa dan aku pun tidak perduli. Saat mulai membuka mata ku perlahan, yang pertama ku rasakan adalah Silau, karena semua pencahayaan memang tidak ada kecuali lampu sorot yang memfokuskan cahaya kepada ku dan pria yang berada di depan ku.
Sejenak kepala ku berputar, dan aku sedikit terhuyung akibat terlalu lama memejamkan mata dengan posisi berdiri. Pria itu menangkap tubuhku agar tidak sampai jatuh. Dan setelah itu aku mengucapkan terima kasihku padanya.
Dia tersenyum, disenyumnya itu ada sebuah dimple manis yang tersemat indah. Dan pria itu adalah Choi Siwon! Ya Tuhan?! Apakah mata ku ini melakukan kesalahan? Atau aku ini memang sedang bermimpi?
Aku tidak tau harus berkata apa. Dan selama beberapa detik mataku hanya mengerjap-ngerjap takjub melihatnya.
Keadaan memang benar-benar sepi, dan aku juga hanya merasa bahwa diruangan ini hanya ada aku dan pria ini. Lupa bahwa ratusan pasang mata sedang memandangku, Lupa akan permainan itu.
Apakah aku menyukainya?
Tidak.
Aku hanya takjub, seorang Choi Siwon yang begitu dielu-elukan karena ketampanannya, dipuja karena kharismanya. Pria terhormat dengan kekayaannya sebagai pemilik Kyunghee.
Pria yang diinginkan banyak gadis di kampus ini. Pria yang dianggap sempurna sebagai calon suami idaman, dan sekarang ia berdiri dihadapan ku. Memegang pinggang ku dengan canggung dan bersiap untuk permainan selanjutnya; Berdansa.
Dansa itu hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Alunan musik yang diputar itu berhenti, salah satu jenis musik yang ku suka, Manuet Ba.
Dan inilah akhir dari permainan itu..
Aku membeku. Melakukan kegiatan pasif didepan pria itu.
“Mianhae..” Ujarnya
Apa maksud dari permintaan ma’af itu? Maaf karena ciuman ini terkesan pemanfaatan atau Ma’af untuk.. “Aku tidak bisa melakukan ciuman ini.” Ujarnya lagi.
Hatiku mencelos begitu saja, perasaan apa ini? Disatu sisi aku senang karena aku tidak perlu repot-repot melakukan ciuman dan mempermalukan diriku. Tapi, di sisi lain aku merasa tertolak. Sebagai seorang gadis aku kecewa, kenapa aku begitu payah? Apakah aku tidak cukup cantik untuk sekedar melakukan ciuman.
Dan Pria itu pergi begitu saja, maksud ku Choi Siwon. Dia meninggalkan ku sendiri di sini, ditatap penuh rasa remeh yang begitu mendasar.
Dan hukuman untuk seseorang yang ditolak adalah Kue tar yang dihadiahkan ke atas kepala mu. Aku tidak menangis, karena aku tidak bisa menangis dan ku rasa itu tidak perlu. Aku akan menangis jika me;lihat orang yang ku cintai tersakiti dan bukan seperti ini.
Aku tidak sakit hati, aku tidak menyalahkan Choi Siwon atau siapapun di ruangan ini. Karena yang ku tau ini hanya permainan. Yang sewaktu-waktu bisa berakhir dan dapat diakhiri.
Dan semuanya diakhiri dengan Ending yang menakjubkan.. Seminggu setelah itu wajahku masuk di majalah tahunan kampus. Daebak! Wajah ku yang penuh dengan kue tar itu dengan sukses terpampang jelas di buku tahunan dengan judul ‘The Legend of Dizzy Girl’
Dan pertanyaan yang sekarang muncul adalah apakah aku harus mengulangi kesalahan itu lagi?
“ANDWAEEEEE~!!!” Teriak ku histeris sendiri ditengah keramaian kantin. Aku memegangi kepala ku, menyisipkan jari-jemari ku ke dalam rambut yang sekarang terlihat serawutan. Ditatap berpuluh-puluh pasang mata yang menatap ku heran, mungkin yang mereka pikir sekarang adalah aku sedang gila akut. Ya, itu benar! Aku memang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang.
Kalau saja Acara itu tidak termasuk acara wajib, aku pasti tidak akan pernah datang lagi. Kalau saja acara itu tidak di gunakan untuk menambah nilai seni ku, aku tidak sudi lagi menginjakkan kaki ku ke tempat itu lagi.
Dan kalau Choi Siwon tidak pergi dan pindah dari Kampus ini lalu kabur ke luar negeri, aku pasti tidak akan semalu ini. Merasa bahwa aku ini Monster atau Zombie yang menakutkan.
Oh! Ayolah ini bukan Cerita antara Princess Fiona dan Shrek, kan?
Jadi, aku harus melakukan apa?
********************
Aku menatap pantulan diri ku di Cermin. Lagi. Sudah berapa kali aku melakukan ini?
Tiga kali ku oleskan Foundation sebagai make-up dasar, dan tiga kali pula aku membersihkannya. Kenapa di mataku apa yang ku lakukan ini selalu salah? dan salah?
“?Ahh~!!!! Michitdda!”Teriak ku didalam kamar.
Sudah jam berapa ini? aku bahkan belum menyelesaikan make-up ku sama sekal, rambut yang akan dibuat seperti apa atau gaun apa yang cocok ku kenakan?
“Yuu-ra~a.. Waeyo?” Ujar sebuah suara yang datang dari arah pintu kamar. Aku menoleh ke arah kanan dan yang ku dapati adalah eomma menatap ku dengan tatapan heran dan tatapan matanya yang menyelidik. Aku mengeluh, menghadap cermin dan mengerang frustasi. “Yuu-ra~a.. ada apa?” Tanya eomma lagi, kali ini sembari berjalan ke arah ku. Menatap ku dengan penuh tanda tanya dikepalanya, lalu berdiri di kursi belakang ku.
“Annimidda..” Jawabku mendesah memegangi dagu ku diatas meja rias.
“Kau hanya tidak yakin sayang. Bermake-up lah seadanya saja. Jangan merasa hari ini spesial, jadikan hari ini biasa dan berdandanlah seperti diri mu sendiri.” Eomma menebak pikiran ku dengan begitu mudahnya kemudian tersenyum yang ku lihat dari pantulan cermin. Kenapa aku jadi merasa eomma lebih cantik dari ku?
“Eomma, bisa tidak membantu ku?” Ucapku pada eomma yang mengalungkan tangannya ke leherku.
********************
Dan inilah karya eomma ku tercinta..
Dengan make-up putih natural senada dengan kulit. Blush on pink tipis, Lipgloss natural, dengan White Eyeliner di area mata. Gaun peach jatuh 5 cm diatas lutut dengan tali belakang yang bergelantung indah. Kain yang sedikit transparan dengan furing senada namun tetap manis. Rambut yang digerai ikal menggelombang di bagian bawah dengan jepitan ditengah rambut belakang berbentuk kupu-kupu dengan pita-tali kecil yang membungkus sebagian rambut ku.
Sepatu dengan hak tinggi yang tidak terlalu mewah namun terlihat elegant. Sepertinya bukan kesan Cantik yang diberitahukan, namun lebih ke sifat Manis dengan Cinta yang abadi.
Setidaknya itu kata eomma. Tapi, harus ku akui.. selera fashion dan dandanan eomma ini memang tidak di ragukan lagi.
Aku menarik nafas pelan. Mencoba menetralkan perasaan gugup yang sedari tadi terus melingkupi ku. Padahal ini bukan pertama kalinya untuk ku datang ke acara ini tapi kenapa rasanya jauh dari kesan biasa?
Dan Lihat.. Disanalah tempatnya.. Tempat yang menunggu ku.
Ku pijakkan kaki selangkah demi selangkah menuju aula besar itu. Tempat dimana tercetak pengalaman menakjubkan yang tidak akan dilupakan dan tak akan pernah terlupakan.
Orang-orang sudah tidak nampak ditempat ini. Maksud ku pelataran didepan aula besar Kyunghee. Namun, lambat laun suara gesekan biola, dentingan gelas dan riuhan suara manusia yang saling bercengkerama itu semakin terdengar jelas.
Aku melangkah masuk, satu kaki ku perlahan melewati pintu besar dan suasana yang ku perkirakan tadi terdengar sekarang berubah menjadi pemandangan nyata yang ku saksikan.
Aku semakin melangkahkan kaki masuk ke dalam, mencari teman-teman ku. Namun, karena tidak ku temukan akhirnya ku pikir lebih baik bersembunyi saja, mencari tempat yang aman dari keramaian. Aku berjalan menuju sofa di pojok sana, ku kira itu adalah persembunyian paling sempurna karena dari sini terhalang beberapa tiang-tiang yang menjuntai tinggi tampak angkuh dan kokoh.
Beberapa orang memandangi ku dan mulai berbisik-bisik, baiklah aku tau mereka membicarakan tragedi tahun menyeramkan itu tapi tenang saja, itu tidak terulang kali ini.
Aku menyeruput Orange Juice didepan ku, setidaknya itu bentuk menghilangkan ketegangan yang sedari tadi terus mengganggu otak dan syaraf ku.
“Kau ada disini?” Ujar suara seorang pria yanj dari suara saja dapat membuat ku menggila. Pria itu Cho Kyuhyun, tentu saja? memang siapa lagi?
Dia mengambil duduk disamping ku lalu menyerobot Orange Juice yang berada di genggaman ku lalu meneguknya hingga habis.
Pria itu apa tidak merasa jijik? itu kan bekas dari minuman ku. Dasar pria sembarangan.
Aku tidak menanggapi ucapannya sama sekali, dan memilih mendengarkan alunan musik yang sedang dimainkan. Sebuah lagu gubahan Chopin, Nocturne mengalun lembut masuk ke telinga ku.
Bukankah Diam adalah hal terbaik daripada kau harus berbicara lalu melakukan sebuah kecorobohan lagi.
“Ku dengar kau mencetak sejarah baru di Kyunghee, tahun lalu.. Nona Kim, Kim Yuu-ra -ssi?”
“Kau tau nama ku?” Tanyaku terheran sekaligus terkejut mendengar pria itu, dan membuat ku menoleh pada pria yang sekarang sedang memainkan gelas Orange Juice yang sedang digenggamannya.
“Sudahlah, jangan mengalihkan pembicaraan. Di Kampus ini siapa yang tidak tau seorang gadis yang membuat Choi Siwon, anak dari pemilik Kyunghee lari ketakutan bahkan sampai menyelematkan dirinya ke luar negeri. Tapi, ku kira kau akan menangis seperti bayi.” Kyuhyun tertawa lebar.
pria itu kenapa bisa tau peristiwa mengenaskan itu. Membuat ku malu saja. Ah.. Disaat seperti inilah rasanya aku ingin menggantung diriku sendiri.
Tapi, pria itu.. Maksudku Kyuhyun kenapa tertawa saja bisa semempesona itu? Kenapa dia selalu terlihat keren dimata ku?
“Berhentilah menggoda dan mengejek ku.” Ujar ku ingin mengikutinya tertawa. “Hei, Kyuhyun~a, kau sadar tidak? Kau baru saja menjatuhkan harga diri mu didepan fans mu. Lagipula siapa yang akan menangis diacara konyol seperti itu. Aku akan menangis untuk orang yang ku cintai, dan setauku aku tidak mencintai kue tar itu.” Ujar ku lagi, kesal juga di tertawakan seperti itu. Lagipula Pria ini yang benar saja, biasanya dia juga tidak pernah, kan? Maksudku ia sangat jarang sekali terlihat tertawa selepas itu, dan satu hal lagi yang baru ku sadari adalah saat ia mulai tertawa intonasi suaranya bisa langsung naik hingga 4 oktaf. Daebak!
Tapi, ia terlihat berbeda dengan tuxedo lengkap yang dipakainya malam ini sadar atau tidak itu menambah kadar ketampanannya. Dan itu membuat ku sukses membuat ku kesulitan bernapas. Aku memalingkan wajahku menghadap lurus ke depan, tidak memperhatikan pria itu lagi.
Sial! Kalau aku terus memandangnya bagaimana nanti kalau aku bisa semakin menyukainya.
“Yuu-ra~a..” Sapa sebuah suara serak seorang pria yang memanggil nama ku. Membuat ku mencari-cari sosok orang dan mengedarkan pandangan ku kedalam kerumunan orang yang sedang berdiri menikmati dansa. Disaat aku masih celingukan mencari. Pria itu datang diiringi derap kakinya yang panjang, berdiri didepan ku.
Membuat ku memaksakan diri mendongak untuk melihat sosok sempurna itu. Dan dia adalah seseorang yang ku kenal, seseorang yang menghilang satu tahun ini, seseorang yang mempermalukan aku setahun yang lalu;
“Siwon -ssi..” Ujar ku sembari menahan nafas karena terlalu shock melihatnya tiba-tiba. Serta membuat suara tawa disamping ku berhenti seketika. Tidak terdengar lagi.
Aku melirikkan mataku sedikit ke arah Kyuhyun dan pria itu benar-benar diam. Kalau tidak mengingat Siwon berada disini rasanya ingin sekali ganti menertawakannya. Pria itu lucu juga ternyata,
“Aku ingin berbicara sesuatu dengan mu.” Ujar Siwon yang masih berdiri tegap.
“Bicaralah..” Ucapku santai. Namun, tidak lagi ketika pria itu melirikkan matanya ke arah Kyuhyun. Isyarat agar apa yang kami bicarakan tidak lagi terdengar oleh pria itu
“Baiklah.. Baiklah.. Aku mengerti.” Dengus Kyuhyun masa bodoh, ia berdiri lalu menyelipkan kedua tangannya ke saku celana dan melengos pergi.
Siwon memutar tubuhnya melewati meja, lalu duduk disamping ku. Menempati tempat yang di duduki Kyuhyun tadi. Lebih tepatnya menggantikan posisi Kyuhyun.
“Jika, untuk masalah tahun lalu. Lupakanlah.. dan jangan meminta maaf karena itu bukan kesalahan mu.” Ujar pada Siwon yang sepertinya sedang bingung harus memulai pembicaraan darimana. Pria itu mengambil segelas wine dan kemudian meneguknya, mungkin itu adalah cara pria ini untuk menghilangkan sifat gugup dan canggung.
“Sepertinya aku menyukai mu.” Ujar Siwon lirih menunduk.
“Apa?”
“Ya, itu memang benar. Apa kau mengingat ini?” Pria itu memasukkan tangan kanannya ke saku celana kemudian mengeluarkan setangkai bunga yang tahun lalu kudapatkan dari pesta ini.
“Edelweiss?” tanya ku meyakinkan.
“Pertama aku ingin kau mengambil ini.” Siwon mengambil tangan ku lalu meletakkan bunga itu ke atas telapak tangan ku yang terbuka. “Menikahklah dengan ku..”
Demi Patrick, Sandy, Squidword, Tuan Crabb, Garry, Nyonya Puff, Pearl dan Spongebob! apa yang baru dikatakan pria ini? Apa dia sudah gila?
Aku menarik tangan ku, memandangi bunga yang ku dapatkan tahun lalu. Aku tidak tau kalau Siwon mengambilnya? Yang kulihat Bunga ini sama sekali tidak berubah, bahkan harum dan warnanya tetap sama. Bunga keabadian.
Dan disaat aku sedang asik memperhatikan bunga itu, wujud dari rasa rindu ku untuk bunga ini. Aku mendengar suara orang berteriak, membuat ku memandang ke arah kerumunan itu dengan perasaan heran. Sepertinya ada sesuatu hal yang sangat menghebohkan sekali. Dan kenapa hatiku tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak biasa?
“Yuu-ra~a.. “ Panggil Seul-mi teman ku, yang berlari tergesa-gesa ke arah ku. Tanpa memperdulikan Pria disampingku ini gadis itu menarik ku begitu paksa. Mendatangi kerumunan orang yang tengah membentuk lingkaran. Lalu berdiri di tengah-tengah memperthatikan kegaduhan itu.
Dan ternyata tahun ini permainan diubah, jika tahun lalu seorang gadis yang memainkan permainan bunga ini.Maka sekarang adalah pria yang melakukannya. Tapi, memang seperti itulah setiap tahunnya.
“Ada apa?” tanya ku pada Seul-mi tidak mengerti.
“Lihat pria yang ada disana?” Ujar Haneul memberitahu.
Aku memicingkan mata, kalau tidak salah Pria yang berada disana, Pria yang tengah berdiri membuat pusat perhatian sama seperti ku tahun lalu. Dan pria yang sedang berdiri itu adalah Kyuhyun.
Seorang pria mulai menutup matanya. Dan Para gadis memposisikan diri mereka bersiap untuk menunggu kejutan selanjutnya.
Aku memundurkan diri selangkah berniat ingin pergi dan mungkin saja akan memberikan jawaban ‘Ya’ untuk pria yang baru saja meminta ku menikah dengannya.
Aku semakin memundurkan diri ku secara diam-diam. Namun, mataku menolak untuk diajak pergi, karena pandangan ku terfokuskan pada pria ditengah yang mulai berjalan ke arah ku. Matanya ditutup? tentu saja. Dan dia tidak akan tau siapa yang akan dipilihnya nanti.
Kyuhyun berhenti, ia berdiri tepat dengan jarak satu jengkal kaki di hadapan seorang yeoja yang ku tau itu adalah Kim Shin yeong. Gadis itu berlonjak-lonjak gembira tanpa suara, tentu saja dia senang. Siapa yang tidak senang merasa dipilih seorang namja yang memenangkan medali emas olimpiade matematika tingkat Nasional. Padahal Kyuhyun tidak menangkapnya, ya maksud ku dia tidak benar-benar atau belum memilih gadis itu.
Dan, benar saja.
Pria itu menggesarkan kakinya ke kanan secara perlahan dan sekarang pria itu berdiri didepan gadis yang berada disamping ku. Keningnya berkerut, dan sepertinya ia sedang menimbang-nimbang sekarang.
Aku melihatnya.. ada yang aneh dari pria itu, aku merasa dia sedang mencari sesuatu dengan indera penciumannya.
Kyuhyun menggeserkan kakinya lagi, tapi dia melewati ku. Perlukah ku ulangi? Pria itu MELEWATI ku, dan sadar atau tidak ia baru saja membuat aliran darah ku berdesir seketika saat ia mulai berjalan didepan ku, membuat ku menghentikan nafas ku sejenak saat deru nafasnya menerpa wajah ku. Pria itu berhenti sejenak dihadapan Seul-mi yang sedari tadi memang berdiri disamping kiri ku. Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya kepada ku ketika tampaknya Kyuhyun mulai mengulurkan tangannya. Tapi, aktivitas tangannya terhenti dan ia biarkan mengambang di udara. Membuat ku kesal saja, apakah dia itu senang sekali mempermainkan wanita? Yang benar saja? Ku pikir dia akan memilih Haneul tapi nyatanya Pria itu menoleh ke kirinya, dan mulai berjalan lagi. Dan itu membuat ku membelalakan mata saat dia berdiri tepat dihadapan ku.
“Aku memilih mu.” Ujarnya tanpa berdosa, dan menggenggam tangan kedua sisi tubuhku dengan erat.
Astaga! Apakah aku harus berpura-pura pingsan sekarang? atau lari saja?
Pria itu membuka ikatan penutup matanya sendiri karena orang-orang malah sibuk memandang takjub ke arah kami.
Pria itu menatap ku dengan perasaan heran, tapi matanya mengatakan dia tidak sengaja atau semacam apa itu. Kenapa aku merasa dia tidak yakin karena memilih ku? atau mungkin ini hanya perasaan ku saja.
Aku tidak berani menatapnya lagi, tidak berani melihatnya. Apapun yang dia lakukan aku akan pasrah. Tapi bagaimana kalau pria itu manolak ku seperti yang di lakukan Siwon tahun lalu? Maka aku akan merasakan kue tar itu di kepalaku. Hukum tetap berlaku untuk orang yang tertolak disini. Jadi? bagaimana baiknya? Apa aku harus meenolak pria itu sebelum ia mengatakan penolakan terhadap ku? Apa yang harus ku lakukan?
Lampu itu dipadamkan. Dan pria itu menarik ku ke pelukannya, meletakkan tangannya di pinggang ku lalu menarik tubuh ku menikmati iringan musik yang di putar. Aku tau ini bukan pertama kalinya untuk ku, tapi aku juga tidak tau apakah ini pertama untuk namja ini atau tidak?
Tubuh menegang saat aku berusaha merengganggangkan tubuhku dan tubuhnya karena dia menarik ku terlalu dekat, nyaris tanpa jarak.
Pria itu menolaknya dan semakin mengeratkan dekapan tangannya di pinggang ku, membuat ku menatap matanya dengan paksa. Mencari tau apa yang ia rencanakan sebenarnya.. Tapi, bahkan aku tidak berhasil. Matanya terlalu kuat, juga terlalu lembut. Dan akhirnya ku nikmati saja apa yang terjadi sekarang. Tidak perduli lagi apa yang terjadi nanti, melupakan hal-hal buruk yang sempat masuk ke pikiran ku.
Bergerak mesra melangkahkan kaki tanpa arah. Saling menatap satu sama lain tanpa penghalang apapun. Menangkap wajahnya yang memenuhi penglihatan ku. Damai juga Mesra. Seolah-olah kami ini sudah mengenal sejak lama, terlihat seperti pasangan yang ditakdirkan.
Hingga aku tidak sadar masih menggenggam Edelweis yang tadi diberikan Siwon pada ku. Tidak menyadari berapa waktu yang sudah ku habiskan untuk dansa ini.
“Kau tau kenapa aku memilih mu?” Ujar pria itu menarik satu sudut bibirnya membentuk senyum. Senyum macam apa itu? bagaimana aku menyebut seulas senyum yang sangat menggoda itu? karena aku menyukai senyum itu.
Pria itu sedikit berdehem kecil, membuat kesadaranku kembali seutuhnya.
“Apa?!” tanya ku tergagap. Sial! Pria itu tersenyum lagi membuatku rasanya ingin mati disini.
“Apakah aku terlalu mempesona. Hingga bahkan kau tak mampu mengedipkan mata mu sekali saja.”
Astaga! apa pria itu bermaksud menggoda ku sekarang.
“Ya, kau tau kan aku ini fans mu.” Kilah ku, mencoba memperhalus kalau aku ini memang menyukainya, agar aku tidak terlalu dianggap gadis bodoh.
“Berhenti jadi fans ku. Karena aku tidak menyukainya.” Ucap Kyuhyun dengan dahinya yang berkerut.
“Jadi, kalau tidak salah aku tadi mendengar mu berkata; Apa yang membuat mu memilih ku?” Tanya ku mengalihkan pembicaraan.
Pria itu berhenti dari pergerakannya, dan meyibakkan rambut disebelah kanan ku dibelakang telinga. Pria itu mendekatkan wajahnya dan mulai berbisik pelan di telinga ku. Membaui telingaku dengan nafasnya membuat leher ku bergidik geli seketika.
“Karena hanya aroma mu yang berbeda dan itu terlalu kuat untuk ku abaikan, dan kau tau.. aku sangat menyukai aroma itu.”
Terpaku. Aku tidak tau pengakuan itu benar atau tidak? atau dia hanya sekedar memujiku. Karena sebenarnya aku selalu menggunakan parfum yang sama dengan Haneul.
Jadi, apa yang membuat pria ini berpikir bahwa aroma tubuhku berbeda?
Cahaya itu dihidupkan lagi, dan sekarang aku baru menyadari lagi bahwa memang banyak orang yang memandang kami. Menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sebuah ciuman mesra atau sebaliknya? Maksud ku apakah kue itu akan melayang lagi di kepala ku? Apakah pria ini akan menolak ku? apakah orang akan menertawakan ku?
Didetik berikutnya yang ku rasakan adalah pria itu melepas ikatan tangannya yang sedari tadi bertengger nyaman di pinggang ku. Dia menatap kedua mata ku lekat-lekat, seperti tatapan mata pengunci yang begitu erat. Tapi, Pria itu tidak mengikat ku. Sebagaimana ketika kau berciuman. Pria akan memegang tengkuk gadisnya. Tapi, pria ini berbeda. Dia lebih memilih membebaskan ku, dengan kesan ciuman tanpa tuntutan.
Wajahnya semakin mendekat, meninggalkan jarak hanya sekitar 5 cm didepan wajah ku. Membuatku merasakan nafasnya yang hangat, menguatkan ku mencium aroma tubuhnya yang entah mengapa membuat ku nyaman. Melumpuhkan sistem syaraf ku dengan seketika untuk bertindak diluar kendali yang tidak di inginkan.
“Aku tidak bisa.” Ujarnya ditengah deru nafas kami yang saling berbenturan.
Kyuhyun menghentikan aktivitasnya tepat 1 cm sebelum bibir kami bertemu. Dan Rasanya ada kilat yang menyambar begitu keras, atau ada seseorang yang menampar pipi ku begitu kuat. Dan akhirnya.. yang ku takutkan terjadi, pria itu menolak ku. Dan untuk kedua kalinya aku merasa tertolak dengan keadaan yang sama.
Pandangan ku entah bagaimana menjadi kabur, tergenangi banyak air yang mendesak keluar. Aku menunduk. Bukan malu, sedih, atau marah. Tapi, aku hanya merasa begitu payah. Kenapa aku menangis? Kenapa airmata ku tiba-tiba menetes begitu banyak. Kenapa rasanya hati ku begitu pedih?
Bukan sakit yang ku rasakan, bukan kecewa yang ku terima. Parahnya aku bahkan sudah mati.
Kyuhyun memberikan bunga itu padaku, bunga digenggamannya. Edelweiss. Dan yang ku tau aku menggenggam 2 tangkai bunga itu sekarang, darinya dan milik ku . Pria itu mulai berjalan mundur, dan sekarang adalah waktu ku untuk menunggu nasib seperti yang ku lakukan tahun lalu.
Dengan posisi berdiri, aku tertunduk pasrah. Sembari mencengkram dua Edelweiss ku kuat-kuat. Orang semakin meneriakan nama ku keras, memcemooh ku dengan kalimat kasar yang tidak ingin ku dengar.
Dalam permainan seperti ini aku yakin jika yang menerima selain aku. Sudah ku pastikan besok akan menjadi mayat karena malu. Dan tentu saja bunuh diri.
“Yuu-ra~a, terimalah! Dan kau tidak boleh menghindar.” Teriak seseorang dari depan ku. Aku tidak melihatnya. Terlalu malas dan benci karena aku tau maksud dari teriakannya adalah agar aku bersiap menerima kue tar dari mereka.
Kue tar yang akan menghias manis diwajahku. Kue tar yang akan menutupi serta menghapus make-up dari eomma. Kue Tar yang akan membuat ku menolak untuk melihat hari esok.
“Hei! Tegakkan kepala mu.” Ujar seseorang dari arah yang tidak ku ketahui.
Aku memejamkan mata sebentar lalu menghela nafas mencoba menerima apa yang akan ku hadapi sekarang ini. Ku tegakkan kepala ku agar terlihat tegar dengan sedikit ku sombongkan diri dari mataku yang menatap kebencian pada mereka yang akan melakukan eksekusi terakhir.
3 Kue tar itu siap. Dan ketika mereka mulai menghitung yang dapat ku lakukan adalah memejamkan mata ku erat-erat, mencengkeram ujung dress ku kuat.. dan,
Hana..
Dul..
...
Set!
“Siap, tidak siap terimalah!”
Aku takut, tentu saja. Dan yang ku dengar sekarang adalah sorakan-sorakan menjijikan itu semakin menjadi-jadi.
Aku mendengarnya, suara kue tar yang membentur tubuh. Aku tidak tau kapan ini terjadi, tapi seseorang menarik ku ke dalam pelukannya. Aku bisa merasakan tangannya yang kekar itu membungkus bagian punggung dan kepala ku. Sedangkan tubuhnya menjadi penghalang kue-kue itu agar tidak sampai menyentuh kulit ku. Nafas yang tadinya ku tahan perlahan dapat ku ambil lagi dengan lega.
Seseorang menyelamatkan ku, aku tidak dapat memastikan itu siapa. Tapi, aku mengenal aroma yang memenuhi indera penciuman ku, aroma tubuh yang ku kira sangatlah langka, aroma tubuh yang tidak tau harus ku deskripsikan seperti apa, dan jenis aroma tubuh yang selalu memabukkan;
“Kyuhyun..” panggil ku lirih diselaan deru nafasnya yang memburu. Sepertinya ia habis berlari.
Pria itu tidak menjawab, dan aku tidak dapat memastikan bagaimana ekspresi wajahnya saat ini.
Dia menolak melepas ku saat aku mulai bergerak, dan ia semakin membuat ku masuk ke dalam pelukannya. Seperti merasa bahwa aku ini sesuatu yang akan hilang jika ia lepaskan. “Sudah tidak apa.” Kata ku sembari menarik tangannya agar ia mau melepas ku.
Ikatan tubuh kami merenggang, dan aku dapat melihat pria ini seutuhnya. Bisa kau bayangkan ketika rambut hitam pas bagian kepalanya itu berlumuran whipped cream putih, satu pipinya yang halus dikotori cream putih yang kini berubah menjadi pink dan sekarang aku tau kalau cream berwarna pink itu akibat goresan kecil yang melukai pipinya. Sepertinya akibat benturan salah satu benda yang berada di dalam properti itu. Atau karena kerasnya permen yang dibentuk bunga itu?
Entahlah.. aku tidak perduli sekarang
Yang ku tau, pria ini tersakiti. Dan itu karena aku. Tanganku terulur sendiri menuju luka itu, ingin sekali aku membersihkan luka itu, menyembuhkannya dengan segera tanpa berbekas.. dan kenapa airmata ku mengalir lagi. Kenapa rasanya begitu sulit menahan segala sesuatu apapun itu jika didepan pria ini?
Kenapa aku menangis lagi? kenapa aku harus mempermalukan diriku didepan pria ini?
Kenapa?
Pria itu menghentikan tangan ku sebelum berhasil menjumpai luka itu, ia menggenggamnya begitu cepat lalu menatap ku seolah-olah aku yang jadi korban disini?
“Gwaenchana?” tanyanya penuh kecemasan yang tercetak jelas di wajahnya.
Pertanyaan bodoh macam apa itu? Kenapa dia menanyakannya? seharusnya aku yang bertanya bukan dia. Alih-alih menyalahkannya yang kudapati airmata ku justru mengalir begitu deras.
Ya Tuhan.. aku mencintai pria ini begitu banyak.
“Mianhae..” Ujar pria itu dan tanpa hitungan detik ia menautkan bibirnya dengan bibirku.
Manis, sekaligus asin karena airmata ku. Pria itu kini menggenggami pinggang ku erat, dan satu tangannya berangsur naik ke tengkuk ku.
Dia menciumku dan mulai membelai permukaan bibirku dengan bibirnya yang lembut. Bukan hanya kesan basah yang ku rasakan.. bahkan luapan emosi yang tidak dapat ku katakan menguap begitu saja. Membentuk letupan-letupan kecil yang mulai mendebarkan hatiku. Ciuman ini seperti ketika aku mulai mengecap ice cream untuk pertama kalinya, hanya saja jika ice cream itu dingin maka ciuman ini begitu hangat dan nyaman, seperti ada berjuta-juta volt listrik yang mengaliri aliran darahku setiap detiknya.
Dan aku lupa.
Lupa akan orang-orang yang berteriak dengan perasaan shock saat Kyuhyun mulai menciumku. Lupa akan ada banyak orang disini, dan Lupa akan peristiwa yang baru saja kami alami. Semuanya hilang begitu aku menutup mata, aku terbang bebas dan mengepakkan sayap ku dengan sempurna membuat perut ku merasakan hal aneh yang begitu menggelitik. Dan saat ini aku sadar, bahwa aku benar-benar mengabaikan segalanya. Kecuali pria yang tengah mencumbu ku ini, dia adalah.. Cho Kyuhyun.
Hampir 2 menit lamanya kami saling menikmati suasana ini, sampai nafasku terengah dan hampir saja aku mati karena pria ini tidak mau melepaskan tautan bibir itu. Memaksa ku bertindak anarkis dengan memukul-mukul dada bidangnya.
Aku jadi berpikir, apakah pria ini bermaksud membunuh ku?
“Ma’af.. bukan karena aku tidak dapat mencium mu, tapi ma’af karena aku tidak mau mencium mu dengan alasan permainan itu. Maaf karena aku mencuri sebuah ciuman dari mu. Dan untuk terakhir kali.. ma’af karena ku pikir kau harus berhenti mencintai ku. Karena mulai sekarang tolong ijinkan aku.. untuk mencintaimu.”
********************
2019, Seoul.
Spring Day in Love.
Author’s POV
“Cho Gyura.. Sayang, apa kau sudah bangun nak?” Ujar seorang pria sedang menggendong putrinya yang berumur 6 bulan itu dengan perasaan kasih. Disebuah ruangan khusus bayi yang memang sengaja disediakan.
“Kyuhyun~a, kau membangunkannya, eoh?” Tanya seorang wanita yang baru saja masuk melalui pintu kamar itu.
Gadis itu mengenakan pakaian khasnya sebagai ibu rumah tangga.
“Anniyo... anak kita menangis, dan ku pikir kau berada disini. Yuu-ra~a, sepertinya dia lapar?” Jawab Kyuhyun mengelak. Pria itu benar-benar berubah menjadi sosok ayah yang menakjubkan sekarang, lihat saja dari caranya menggendong anaknya? Atau caranya ketika ia menenangkan putrinya dari hasil buah cintanya bersama Yuu-ra yang sedang menangis. Rasanya seperti tidak percaya bahwa itu Kyuhyun. Cho Kyuhyun yang keren dan tampan
“he~m arasseo, kalau begitu kau makan saja dulu, aku akan menyusuinya sebentar. Kau tidak lupa 'kan dengan janji kita hari ini?” tanya Yuu-ra yang sekarang mengambil alih Gyura lalu menggendongnya.
“Nde, kalau begitu akan ku persiapkan dulu” Ucap Kyuhyun sembari mengecup bibir gadis itu kemudian berlalu pergi.
**********************
Gangnam Park,
Seoul.
“Yeobo,Selamat Ulang tahun pernikahan yang kedua!” teriak Kyuhyun senang. Duduk disebuah kursi dibawah sebuah pohon yang begitu rindang menghadap taman bunga di depannya.
“Hya! Kyuhyun~a.. kau ini yang benar saja.” ucap Yuu-ra menanggapi. Terkadang pria ini memang sedikit berlebihan. “Mana kado ku?” Ujar Yuu-ra sambil menengadahkan satu tangannya. Sedangkan tangan yang satunya lagi dibuatnya menggedong anaknya yang sedang tertidus pulas.
Dan pria itu mengecup kening istrinya dengan mesra jauh dari kata nafsu dan terlihat sangat sederhana.
“Itu hadiah mu.” jawab Kyuhyun enteng
“Hei! Yang benar saja? Apa ini hadiah yang kau berikan pada istri yang setia pada mu, eoh?” Ujar Yuu-ra sengit.
“Apa meninggalkan ku selama 4 tahun tanpa kabar termasuk dalam kategori setia yang kau maksud?” ujar Kyuhyun menantang, meski maksudnya hanya menggoda istrinya saja. Karena sekarang Yuu-ra memang bungkam setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Kyuhyun
“Aku jadi merindukan Choi Siwon, bagaimana wajahnya sekarang ya? Apa masih setampan dulu.” Ujar gadis itu, mengalihkan topik dan memilih beputar dengan pikirannya sendiri.
“Kau sukses membuatnya patah hati.” Ujar Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepala sambil melipat kedua tangannya ke depan dengan mempoutkan bibirnya lucu.
“Hhahahaha.. hentikan sikap bayi mu itu. Dasar! Tapi, sekarang dia sudah menemukan orang yang sangat tepat. Mereka hidup bahagia sekarang? Choi Siwon dan Choi Seul-mi serta Choi Yeon-ji putranya. Bahkan mereka lebih dulu menikah daripada kita.” Ujar Yuu-ra, dan Pria itu hanya mengangguk-ngangguk saja dengan posisi yang sama.
“ Kyuhyun~a.. jadi apa menurut mu mitos bunga Edelweiss itu nyata?”
Kyuhyun membuka matanya perlahan lalu menggerakkan kepalanya menatap istrinya kemudian membelai kepala istrinya itu dengan sayang;
“Benar atau tidak, aku tidak perduli. Yang terpenting adalah Kau ada disini dan aku mencintai mu.” Ujar Kyuhyun sambil menggenggam tangan kanan istrinya.
Gadis itu diam, antara ingin menangis juga tertawa. Yang ia lakukan hanya menatap pria disampingnya itu dengan perasaan takjub yang tiada hentinya. Perasaan bahagia yang tidak dapat ia gambarkan seperti apa.
Dan ketika ia menatap mata pria itu mendadak sekelebat bayangan menua bersama menghias kuat diotaknya. Pria yang disampingnya itu. Cho Kyuhyun, pria yang selalu membuatnya berputar dengan perasaannya sendiri, pria yang selalu menjadi idolanya, dan pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama.
“Berhentilah menatapku dan tersenyum seperti itu.” Ujar Yuu-ra lirih
“Memangnya Kenapa?” tanya pria itu heran.
“Karena jika kau terus tersenyum dan memandang ku seperti itu aku akan semakin menyukai mu.” Yuu-ra menunduk, tiba-tiba perasaannya kembali pada masa itu, masa dimana dia hanya seorang fans dan suaminya ini adalah idolanya.
Masa dimana cintanya terasa begitu sederhana karena pria itu. Dimana ia akan mengenang cinta itu selamanya. Dimana ia merasa keabadian.
“Yuu-ra~ya, ah anni My fans Kim Yuu-ra. Mengenai bunga itu.. Edelweis maksudku.”
“Hmm~”
“Mungkin saja mitos itu benar, atau bisa saja salah.”
“Apa maksud mu?”
“Bagaimanapun juga aku hanya pria biasa yang tak urung juga akan pergi. Aku tak memiliki keabadian seperti Edelweiss, tapi yang ku tau aku memiliki hati yang abadi untuk mu dan kau tau, kan? aku tidak terlalu bagus dalam mengungkap cinta. Yuu-ra~a, Saranghae..”
“Nado.. Nado Saranghae.”
Sepasang suami istri saling senyum dengan tatap yang meneduhkan. Kyuhyun melingkarkan tangannya ke bahu gadis itu lalu memandang jauh. Hal yang sama dilakukan Yuu-ra pada putri yang didekapnya. Kemudian tersenyum diiringi hembusan angin musim semi yang penuh cinta ini. Dengan 2 bunga yang diletakkan ditengah keduanya.
Bunga yang melambang cinta yang abadi. Edelweiss.
End.
Epilog.
2012, Kyunghee University.
Kyuhyun's POV
*Flashback*
Gadis itu pergi. Yuu-ra.. Kim Yuu-ra. Gadis ku. Gadis yang mulai ku harapkan, Gadis yang merebut perhatian ku dan menolak melihat hal-hal lain saat dia bersama ku Dan sekarang ini aku menggenggam sesuatu yang ku yakini adalah sebuah surat. Goresan tangan yang sepertinya memang ditujukan khusus untuk ku.
Surat yang saja diantarkan Seul-mi temannya. Ditengah-tengah kesibukan kelas siang ini.
Dear My Beloved GaemGyu..
Pria yang ku idolakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pria yang mampu membuat ku tak mampu berpikir normal ketika ia disampingku, dengan melakukan tindakan diluar kendaliku. Pria yang membuatku selalu terpesona akan kenyamanan aroma tubuhnya. Pria yang membuatku jatuh cinta berulang kali hanya dengan menatap matanya. Pria Edelweis ku yang abadi.
Kyuhyun –ssi, aku pergi..
Atau lebih tepatnya meninggalkan mu untuk sementara. Pergi untuk suatu pertanyaan yang hanya aku sendiri yang dapat menjawabnya.
Kyuhyun~a.. kau tau, tidak? Ada seseorang yang pernah bilang kepadaku. Cinta itu hanya akan bertahan sampai jangka waktu 4 tahun. Dan jika selebihnya dua orang manusia dapat hidup secara berdampingan lalu menua bersama yang disebut itu bukanlah Cinta lagi. Melainkan Kesetiaan.
Benarkah itu? Jadi, setelah mencintai serseoran akankah aku mencintai orang lain lagi selain orang pertama.?
Kemudian hati ku bertanya-tanya, aku mencintaimu? Mencintaimu sangat banyak hingga rasanya hatiku tidak dapat menampungnya lagi.
Dan, setelah 4 tahun apakah perasaan Cinta ini akan pudar dengan berjalannya waktu? Sekarang kau tau apa yang kau lakukan.
Aku tidak akan menyuruhmu untuk menunggu ku selama 4 tahun nanti karena itu adalah hak bebas mu. Mencintailah orang yang dapat kau cintai dan ketika kau merasa tak mampu disaat itulah aku ingin disampingmu lagi.
Aku pernah mendengar tentang Dongeng Edelweis dimana bunga itu memang sangat sulit di dapatkan. Mitos dimana jika kau memberikan bunga edelweiss itu kepada seseorang yang kau cintai, maka Cinta itu akan kekal dan abadi, seperti Edelweis, bukan? Percaya seperti bunga itu, Edelweis.. Ketika kau ingin mendapatkan bunga itu kau harus merasakan berbagai suhu dan cuaca yang rasanya akan membunuh mu. Panas, Dingin, Hujan, Salju, gersang dan angin. Bukan kah itu sesuatu yang terdengar mengerikan? Tapi, jika kau sudah mendapatkannya maka kekekalan akan terwujud. Seperti ketika kau memetiknya bahkan setelah 25 tahun bunga itu berada digenggaman mu, setiap hari disisimu tanpa air, tanah ataupun batu. Edelwis tidak akan pudar, dia tidak akan layu, karena Edelweis adalah bunga abadi. Dan sepertinya itu memang Hukum Alam.
Aku tidak apakah itu benar atu tidak. Tapi, yang pasti aku mendapatkan bunga itu sekarang, dari seseorang yang ku harapkan menemani ku di waktu yang akan dating. Jangan Tanya aku dimana, karena aku akan selalu ada dihati mu.
Kyuhyun~a.. jika kau dapat hidup selama 1000 tahun, aku hanya berharap dapat hidup 999 tahun bersama 364 hari ku saja. Atau lebih tepatnya 1000 tahun kurang sehari. Karena jika aku tidak hidup lagi maka tidak ada dalam 1 hari ku yang terlewatkan tanpa mu disisi ku.
Aku kan selalu berdo’a untuk mu ditempat yang tidak kau ketahui ini. Berdo’a agar kau selalu merindukan ku dan selalu mencintai ku.
Pria Edelweis ku.
Aku mencintai mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar